Keselamatan
dalam Kegiatan Pendakian : Sinergitas antar Pendaki dan Pengelola Jalur
Pendakian
Sejak
Boming nya Film 5 Cm, geliat aktifitas pendakian gunung semakin diminati
generasi milenial saat ini. Namun hal ini tidak diiringi dengan edukasi tentang
pengetahuan dasar kegiatan alam terbuka sehingga banyak kejadian kejadian
kecelakaan bahkan menyebabkan para pendaki itu harus kehilangan nyawa.
Beberapa
organisasi kegiatan alam terbuka seperti Mapala, Sispala atau Organisasi dan
Komunitas Penggiat Alam Terbuka menerapkan sistem penerimaan anggotanya melalui
sebuah kegiatan Pendidikan dan latihan dasar sebelum mereka resmi diterima
diperkumpulannya. Pendidikan dan latihan dasar ini dimaksudkan untuk membekali
diri para calon anggotanya agar mampu menghadapi setiap situasi terburuk yang
mungkin terjadi kapan saja dan dimana
saja ketika mereka melakukan pendakian. Walau demikian kita masih sering
mendengar berita tentang angota angota perkumpulan yang sudah mendapatkan
pembekalan pengetahuan kegiatan dasa alam terbuka ini mengalami kecelakaan
bahkan harus kehilangan nyawa.
Secara
umum penyebab terjadinya kecelakaan yang dialami oleh para pendaki antara lain
disebakan oleh faktor Teknis dan Non Teknis
1.
kurangnya
persiapan baik secara fisik, mental, maupun logistic
2.
Kurangnya
pengetahuan tentang medan dan informasi cuaca
3.
Kurangnya
pengetahuan tentang beberapa penyakit pegunungan dan cara penangannya
4.
Kurangnya
Koordinasi dan komunikasi yang baik antara sesama anggota tim
5.
Masih
adanya pendaki yang melanggar aturan yang dibuat oleh pengelola jalur pendakian
6.
Bencana
alam seperti banjir, tanah longsor atau kebakaran hutan
7.
Faktor
lain yang kadang terjadi diluar nalar manusia.
Dari
beberapa poin yang telah disebutkan diatas maka semua potensi bahaya tersebut
dapat dibedakan menjadi dua yaitu Subjective Danger atau bahaya yang disebabkan
oleh penggiat itu sendiri dan Objective Danger atau Bahaya yang disebabkan oleh
alam.
Untuk
itulah, dalam rangka mengurangi jumlah angka kecelakaan pada kegiatan Pendakian
Gunung, selain kesiapan dari penggiat itu sendiri, Pengelola jalur pendakian
pun harus mempunyai rasa tanggung jawab atas keselamatan Para Pendaki.
Salah
satu terobosan dalam pengelolaan kegiatan pendakian dengan pendekatan
Keselamatan saat ini telah dilakukan di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu.
Saat ini, Khususnya di Jalur Pendakian Gunung Merbabu Via Jalur Selo sudah
terpasang beberapa peralatan pengawasan kegiatan di jalur pendakian tersebut.
Peralatan tersebut meliputi Kamera Pengawas CTTV, RF id Scanner yang dapat
mendeteksi pendaki yang sudah dibekali gelang Ber-Chip dan Panic Button atau
tombol Darurat yang dapat dipergunakan untuk menghubungi pihak basecamp ketika
ada pendaki yang mengalami sesuatu yang sangat darurat. Semua persalatan
tersebut akan memantau seluruh aktifitas para pendaki secara real time sehingga
jika terjadi sesuatu pada pendaki maka informasinya akan segera dapat
tersampaikan sehingga bantuan dapat segera dilakukan oleh tim Rescue mandiri
basecamp pendakian.
Jadi
untuk mengurangi angka kecelakaan di jalur pendakian, selain kesiapan individu
para pendaki, pihak pengelola jalur
pendakian pun harus mulai berbenah untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan
memanfaatkan teknologi seperti yang sudah diterapkan di Jalur Pendakian Gunung
Merbabu Via Selo. (JPA)